Tuhan memang suatu realitas esensi yang tidak pernah habis menghiasi
dinamika hidup manusia. Fitrah manusia sebagai seorang hamba akan selalu
terdorong dan berkecenderungan untuk mencari Tuhannya yang sejati.
Namun cakrawala pikir dan pandangan manusia memiliki keterbatasan,
sehingga tidak jarang dalam proses pencarian itu manusia menjumpai
tuhan-tuhan yang bukan Tuhan sejatinya. Tak jarang bahkan sang manusia
sengaja memuja sesuatu yang jelas-jelas bukan Tuhan menjadi tuhan dalam
hidupnya. Tuhan sengaja dipenjarakan dalam sebuah jeruji yang diciptakan
sendiri oleh manusia agar segala hal lain yang dituhankannya seolah
menjadi syah dan tidak mendapatkan stempel sebagai perbuatan melanggar
dan berdosa. Tuhan sengaja dipenjarakan di balik jeruji !.
Tuhan
yang sebenar-benarnya Tuhan adalah Tuhan yang tidak terjangkau oleh
indera dan akal manusia. Tuhan tidak bisa dilihat, diraba, dicium,
dikecap, bahkan sekedar dipikirkan dalam konteks batasan kemampuan
pikiran manusia. Orang Jawa mengatakan bahwa Tuhan sejati esensinya tan
keno kinoyo ! Bukan sekedar sebuah kebetulan, karena di luar nalar
pikir manusia. Dan memang sebenarnya Tuhan itu dalam melakukan setiap
sesuatu sangat detail dan sempurna.
Justru yang terjadi para ulama, para tokoh, dan juga penguasa
menjadi penghalang ummat untuk sampai kepada Alloh. Mereka sengaja
memenjarakan Tuhan, sehingga nantinya yang beredar di tengah ummat
adalah tuhan-tuhan yang lain. Kita bisa lihat tentang penentuan hukum
halal haram, sesungguhnya kan yang berhak menetapkan hukum itu Alloh. Ulama yang
dianggap memiliki posisi tinggi adalah mereka yang paham kitab kuning,
apakah demikian ? Jika mereka menetapkan hukum atas nama Alloh, bukankah
mereka sesungguhnya menuhankan diri mereka sendiri dan justru
menghalangi ummat untuk menyatu dengan Alloh ?